Kamis, 09 Februari 2012

Makalah Problematika Pendidikan


KERANGKA KERJA TEORITIS PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP

Tugas Mata Kuliah Landasan dan Problematik Pendidikan







Dosen Pengampu:
Dr. Edi Harapan, M.Pd
Dr. Inom Nasution, M.Pd



 Oleh:
Puthut Gunawan














PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
TAHUN 2011



              
I. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pendidikan, sebuah konsep yang memiliki berbagai terminologi. Definisi yang dirumuskan  oleh para ahli pendidikan  sangat  beraneka ragam, dan kandungan maknanyapun  berbeda antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya. Namun demikian dari berbagai pemahaman tentang pendidikan, dapatlah ditarik salah satu benang merahnya, yaitu bahwa pendidikan merupakan  fenomena yang melekat dalam kehidupan manusia,  yang di dalamnya senantiasa terdapat upaya untuk memanusiakan manusia itu sendiri.
Secara filosofis dapat dikatakan bahwa hakekat pendidikan adalah proses pengembangan seluruh   potensi kemanusiaan baik aspek jasmaniah maupun dimensi rohaniahnya kearah yang lebih sempurna, lebih baik dan lebih bijaksana. Karena keadaan yang lebih baik, lebih bijaksana dan lebih sempurna adalah hal yang dapat dikatakan nisbi, maka untuk mencapainya sudah barang tentu tidaklah mudah, bukan urusan yang sederhana dan memerlukan waktu yang relatif panjang, sehingga konsep tentang pendidikan seumur hidup menjadi sesuatu hal yang penting dan perlu dikaji lebih mendalam.
Dalam konteks pendidikan di Indonesia, sebagai salah satu bahan pertimbangan Presiden Republik Indonesia dalam menetapkan UU No. 14 tahun 2005, dikatakan bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dalam hal ini pendidikan dapat dikatakan mengemban misi yang sangat mulia, sangat berat, dan teramat luas bidang garapannya, sehingga mustahil akan berhasil jika urusan pendidikan hanya diserahkan pada pihak tertentu saja, dengan energi dan pengurbanan ala kadarnya dan dalam tempo yang relatif singkat.
Oleh karena itu,  konsep tentang pendidikan seumur hidup sudah selayaknya menjadi asas pelaksanaan pembangunan di bidang pendidikan.
Mudyahardjo (2001:171) menjelaskan bahwa pendidikan sekolah ternyata tidak memenuhi harapan masyarakat, terlihat antara lain dalam: (1) banyak lulusan yang tidak dapat diserap dalam dunia kerja; (2) daya serap rata-rata lulusan sekolah yang masih rendah; (3) pelaksanaan pendidikan sekolah tidak efisien sehingga terjadi penghamburan pendidikan. Oleh karena itu pendidikan sekolah perlu dilengkapi dengan pendidikan luar sekolah, yang berarti pendidikan hendaknya berlangsung tidak hanya di sekolah, tetapi berlangsung seumur hidup.
Untuk dapat mengkaji, memahami, dan meletakkan konsep tentang pendidikan seumur hidup sebagai dasar pelaksanaan pendidikan, maka perlu diususun dan dirumuskan adanya kerangka kerja teoritis pendidikan seumur hidup, agar tergambar tentang pentingnya  konsep pendidikan seumur hidup dalam proses pendidikan.

1.2 Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
1)      Apakah pengertian pendidikan seumur hidup?
2)      Apakah dasar pemikiran dan urgensi pendidikan seumur hidup?
3)      Bagaimanakah kerangka kerja teoritis pendidikan seumur hidup?
4)      Bagaimanakah arah dan  strategi pendidikan seumur hidup?

1.3 Tujuan
Bertolak dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan :
1)      pengertian pendidikan seumur hidup,
2)      dasar pemikiran dan urgensi pendidikan seumur hidup,
3)      kerangka kerja teoritis pendidikan seumur hidup,
4)      arah dan strategi pendidikan seumur hidup.






II. PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Pendidikan Seumur Hidup
Pendidikan secara umum dapat diartikan sebagai suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak dan budi mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pada intinya pendidikan adalah suatu proses yang disadari untuk mengembangkan potensi individu sehingga memiliki kecerdasan pikir, emosional, berwatak dan berketerampilan untuk siap hidup ditengah-tengah masyarakat. Prinsip dasar dari pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia, mengembangkan potensi dasar peserta didik agar berani dan mampu menghadapi problema yang dihadapi tanpa rasa tertekan, mampu, dan senang meningkatkan fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi, sehingga terdorong untuk memelihara diri sendiri maupun hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. (http://imadiklus.com/2011/01/pendidikan-orang-dewasa-dalam-masyarakat-belajar-learning-community-2.html#comments)
Pendidikan seumur hidup dapat dipahami sebagai suatu azas bahwa proses pendidikan merupakan suatu proses kontinyu, yang bemula sejak seseorang dilahirkan bahkan ada yang mengatakan sebelum manusia dilahirkan hingga meninggal dunia. Hal ini mengandung maksud bahwa pendidikan itu merupakan rangkaian kegiatan yang terjadi secara terus-menerus, meliputi seluruh aspek kehidupan dan memerlukan waktu yang relatif lama.
Istilah pendidikan seumur hidup (Life Long Integrated Education) tidak dapat diganti dengan istilah-istilah lain, sebab  isi dan luasnya (scope-nya) tidak persis sama, seperti istilah out of school education, continuing education, adult education, further education, recurrent education (Ihsan, 2010:41).






2.2 Dasar Pemikiran dan Urgensi Pendidikan Seumur Hidup
            Ada bermacam-macam dasar pemikiran yang menyatakan bahwa long life education adalah sangat penting.
Menurut Ihsan (2010: 44-45) bahwa urgensi pendidikan seumur hidup,dapat ditinjau dari beberapa segi, antara lain:
1)      Aspek ideologis, yaitu bahwa setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan, meningkatkan pengetahuan dan menambah keterampilannya.  Pendidikan seumur hidup akan memberi peluang besar  bagi setiap individu untuk mengembangkan potensi diri dalam hidupnya.
2)         Aspek ekonomis, pendidikan merupakan cara yang paling efektif untuk dapat keluar dari “Lingkungan Setan Kemelaratan” akibat kebodohan. Pendidikan seumur hidup akan memberi peluang bagi seseorang untuk meningkatkan produktivitas, memelihara dan mengembangkan sumber-sumber yang dimilikinya, hidup di lingkungan yang menyenangkan dan sehat, dan memiliki motivasi dalam mendidik anak-anak secara tepat sehingga pendidikan keluarga menjadi penting.
3)         Aspek sosiologis, di negara berkembang banyak orangtua yang kurang menyadari pentingnya pendidikan sekolah bagi anak-anaknya, ada yang putus sekolah bahkan ada yang tidak sekolah sama sekali, pendidikan seumur hidup bagi orang tua merupakan problem solving terhadap fenomena tersebut.
4)         Aspek politis, pendidikan kewarganegaraan perlu diberikan kepada seluruh rakyat untuk memahami  tugas, hak dan kewajibannya serta fungsi pemerintah, DPR, MPR, dan lembaga-lembaga negara lainnya. Tugas pendidikan seumur hidup sebagai pendidikan kewarganegaraan perlu diberikan kepada setiap warga negara tanpa kecuali.
5)          Aspek teknologis, pendidikan seumur hidup sebagai alternatif bagi para sarjana, teknisi dan pemimpin di negara berkembang untuk memperbaharui pengetahuan dan keterampilan seperti dilakukan negara-negara maju.



6)         Aspek psikologis dan pedagogis, sejalan dengan makin luas, dalam dan kompleksnya ilmu pengetahuan, tidak mungkin lagi dapat diajarkan seluruhnya di sekolah. Tugas pendidikan sekolah hanya mengajarkan kepada peserta didik tentang metode belajar, menanamkan motivasi yang kuat untuk terus-menerus belajar sepanjang hidup, memberikan keterampilan secara cepat dan mengembangkan daya adaptasi. Untuk menerapkan pendidikan seumur hidup perlu diciptakan suasana yang kondusif bagi pelaksanaan pendidikan.
Oleh karena itu, tugas pendidikan jalur sekolah yang utama sekarang ialah mengajarkan bagaimana cara belajar, menanamkan motivasi yang kuat dalam diri anak untuk belajar terus sepanjang hidupnya, memberikan skill kepada anak didik secara efektif agar dia mampu beradaptasi dalam masyarakat yang cenderung berubah secara cepat. Berkenaan dengan itulah, perlu diciptakan suatu kondisi yang merupakan aplikasi asas pendidikan seumur hidup atau life long education.
Demikian keadaan pendidikan seumur hidup yang dilihat dari berbagai aspek dan pandangan. Sebagai pokok dalam pendidikan seumur hidup adalah seluruh individu harus memiliki kesempatan yang sistematik, terorganisir untuk belajar disetiap kesempatan sepanjang hidup mereka. Semua itu adalah tujuan untuk menyembuhkan kemunduran pendidikan sebelumnya, untuk memperoleh skill yang baru, untuk meningkatkan keahlian mereka dalam upaya pengertian tentang dunia yang mereka tempati, untuk mengembangkan kepribadian dan tujuan-tujuan lainnya.
             Penerapan cara berfikir menurut azas pendidikan seumur hidup itu akan mengubah pandangan kita tentang status dan fungsi sekolah, dimana tugas utama pendidikan sekolah adalah mengajar anak didik bagaimana caranya belajar, peranan guru terutama adalah sebagai motivator, stimulator dan penunjuk jalan anak didik dalam hal belajar, sekolah adalah pusat kegiatan belajar masyarakat sekitar. Sehingga dalam rangka pandangan mengenai pandidikan seumur hidup, maka semua orang secara potensial merupakan anak didik.





2.3  Kerangka Kerja Teoritis Pendidikan Seumur Hidup
Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat kompleks dan berjangka panjang, di mana berbagai aspek yang tercakup dalam proses saling erat berkaitan satu sama lain dan bermuara pada terwujudnya manusia yang memiliki nilai hidup, pengetahuan hidup, dan keterampilan hidup. Artinya secara umum pendidikan memiliki tujuan yang sangat kompleks pula. Demikian halnya pendidikan seumur hidup, suatu konsep pendidikan tentunya memiliki tujuan yang jelas sebagai gambaran ideal  yang ingin dicapai oleh adanya konsep tersebut.
            Masalah dasar dan tujuan pendidikan adalah merupakan suatu masalah yang sangat fundamental dalam pelaksanaan pendidikan, sebab dasar pendidikan itu akan menentukan corak dan isi pendidikan dan dari tujuan pendidikan menentukan kearah mana peserta didik itu akan dibawa (Ahmadi,2007:98).
            Secara teoritis, kerangka kerja pendidikan seumur hidup terdiri dari uraian tentang pengertian dari hidup, seumur hidup, dan pendidikan.
            Mudyahardjo (2001:173-174) mendeskripsikan tentang hidup, seumur hidup, dan pendidikan.
1)      Hidup
Ada tiga komponen yang saling berhubungan, yang terdiri atas:
  1. Individu sebagai anggota masyarakat yang mempunyai karakteristik tertentu.
  2. Masyarakat, yang merupakan lingkunganhidup sosial, yang bentuknya dapat berupa kelompok-kelompok psikologis dan organisasi sosial.
  3. Lingkungan fisik atau lingkungan alam tempat hidup (habitat) manusia sebagai individu dan anggota masyarakat.
2)      Seumur Hidup
Dalam seumur hidupnya, setiap individu manusia mengalami:
  1. Perkembangan kepribadian, yang mencakup perkembangan fisik, mental, sosial, dan emosional.
  2. Tahap-tahap perkembangan, yang meliputi masa balita, masa kanak-kanak, masa anak, masa remaja, masa dewasa, dan masa tua.
  3. Peranan-peranan umum dan unik, misalnya sebagai guru, dokter, pengacara, pedagang, dan sebagainya.


3)      Pendidikan
Pendidikan sebagai usaha mencapai perkembangan dan perubahan tingkah laku setiap individu melalui hidup, mencakup tiga komponen, yaitu:
  1. Landasan pendidikan, yaitu konsep-konsep sosiologis, ekonomik, politik, demografis, ekologis, filosofis, biologis, psikologis, dan cabang ilmu lainnya, yang menjadi dasar pelaksanaan atau praktek pendidikan.
  2. Cara-cara komunikasi, verbal-nonverbal, dengan atau tanpa alat-alat bantu belajar mengajar, yang digunakan dalam praktek pendidikan di sekolah atau di luar sekolah.
  3. Isi pendidikan, yang berupa pengetahuan, keterampilan-keterampilan, dan nilai-nilai yang menjadi bahan ajar dalam pendidikan. Bahan-bahan ajar dalam pendidikan dapat berupa: stok budaya yang berupa ilmu, seni dan cita-cita manusia dan perkembangan pengetahuan baru dan yang usang.

           Adanya pendidikan seumur hidup, merupakan sebuah angin segar apabila kita mengamati pada beberapa asas yang melekat (inheren) pada gagasan pendidikan seumur hidup itu sendiri. Seperti sistem pendidikan semakin demokratis, pendidikan dapat meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan harkat dan martabat dan pengintegrasian sekolah dengan kehidupan di lingkungan masyarakat luas.
           Namun demikian angin segar pendidikan seumur hidup akan menjadi angin surga alias utopia baru dalam bidang pendidikan, apabila hanya sebatas konsep tanpa implementasi. Konsepsi pendidikan seumur hidup di Indonesia telah beberapa kali tercantum dalam GBHN, tapi implementasinya sering berubah-ubah. Konsep di dalam GBHN masih amat luas pengartiannya, sehingga sering terjadi "keluwesan" menafsirkan, sehingga dalam tataran implementasinya menjadi sangat beragam.  Misalnya dalam mengambil sikap antara beberapa pengartian pendidikan yang bersifat akademik ilmiah dan operasional teknik, maupun antara pendidikan formal atau pendidikan persekolahan   dan pendidikan di luar sekolah atau  nonformal.                  
              Jalur pendidikan formal memiliki banyak kelemahan jika dibandingkan dengan pendidikan nonformal. Kelemahan pendidikan formal, antara lain, terlalu menekankan pada aspek kognitif pada anak-anak didik. Anak didik seolah-olah hidup terisolasikan selama mengalami dan menjalani proses pendidikan di sekolah.

               Namun demikian , bukan berarti pendidikan di sekolah formal tidak perlu. Dalam kenyataaannya pun jalur pendidikan ini tetap ada, malah semakin banyak bagai jamur di musim hujan.
               Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, dan agar pendidikan seumur hidup dapat benar-benar berada dalam sistem, diperlukan aspek lain, yakni aspek horizontal. Aspek ini bermakna efisiensi pendidikan. Seperti sistem persekolahan, sistem ini akan berhasil bila memperhatikan lingkungan, misalnya keluarga, tempat bermain, tempat kerja, atau lingkungan masyarakat secara luas.

2.4 Arah dan Strategi Pendidikan Seumur Hidup
2.4.1 Arah Pendidikan Seumur Hidup
            Ihsan (2010: 47) menjelaskan  bahwa pada umumnya pendidikan seumur hidup diarahkan pada orang-orang dewasa dan anak-anak dalam rangka penambahan pengetahuan dan keterampilan mereka yang sangat dibutuhkan dalam hidup.
1) Pendidikan Seumur Hidup untuk Orang Dewasa
Sebagai generasi penerus, para pemuda ataupun dewasa membutuhkan pendidikan seumur hidup dalam rangka pemenuhan sifat “Self Interest” yang merupakan tuntunan hidup sepanjang masa. Diantaranya adalah kebutuhan akan baca tulis bagi mereka pada umumnya dan latihan keterampilan bagi pekerja, sangat membantu mereka untuk menghadapi situasi dan persoalan-persoalan penting yang merupakan kunci keberhasilan.
2)  Pendidikan Seumur Hidup bagi Anak
Pendidikan seumur hidup bagi anak, merupakan sisi lain yang perlu memperoleh perhatian dan pemenuhan oleh karena anak akan menjadi “tempat awal” bagi orang dewasa artinya dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Pengetahuan dan kemampuan anak, memberi peluang besar bagi pembangunan pada masa dewasa. Dan pada gilirannya masa dewasanya menanggung beban hidup yang lebih ringan. Proses pendidikannya menekankan pada metodologi yang mengajar oleh karena pada diri anak harus tertanam kunci belajar, motivasi belajar dan kepribadian belajar yang kuat.

Yusuf melalui Ihsan (2010: 48) menjelaskan bahwa program kegiatan disusun mulai peningkatan kecakapan baca tulis, keterampilan dasar dan mempertinggi daya pikir anak, sehingga memungkinkan anak terbiasa untuk belajar, berpikir kritis dan mempunyai pandangan kehidupan yang dicita-citakan pada masa yang akan datang.

2.4.2 Strategi Pendidikan Seumur Hidup
            Adapun strategi dalam rangka pendidikan seumur hidup sebagaimana diuraikan Ihsan (2010: 46-47), bahwa konsep-konsep kunci pendidikan seumur hidup meliputi hal-hal berikut :
1)         Konsep Pendidikan Seumur Hidup itu Sendiri
Sebagaimana suatu konsep, maka pendidikan seumur hidup diartikan sebagai tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman-pengalaman pendidikan.
2)         Konsep Belajar Seumur Hidup
 Dalam pendidikan seumur hidup berarti pelajar belajar karena respons terhadap keinginan yang didasari untuk belajar dan angan-angan pendidikan menyediakan kondisi-kondisi yang membantu belajar.
3)         Konsep Metode Belajar Seumur Hidup
 Belajar seumur hidup dimaksudkan adalah orang-orang yang sadar tentang diri mereka sebagai pelajar seumur hidup, melihat belajar baru sebagai cara yang logis untuk mengatasi peroblema dan terdorong tinggi sekali untuk belajar di seluruh tingkat usia, dan menerima tantangan dan perubahan seumur hidup sebagai pemberi kesempatan untuk belajar baru.
4)         Kurikulum yang Membantu Pendidikan Seumur Hidup
Dalam konteks ini, kurikulum didesain atas dasar prinsip pendidikan seumur hidup harus betul-betul menghasilkan pelajar seumur hidup yang secara berurutan melaksanakan belajar seumur hidup.





III. SIMPULAN

            Pendidikan seumur hidup merupakan sebuah sistem konsep pendidikan yang mencakup keseluruhan aktifitas dan proses pembelajaran yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia.  Proses pendidikan seumur hidup berlangsung secara kontinyu, tidak terbatas oleh waktu dan tempat seperti halnya pendidikan formal, proses belajar seumur hidup tidak hanya dilakukan seorang atau kelompok tertentu, akan tetapi semua lapisan masyarakat bisa melaksanakanya.
Secara teoritis, kerangka kerja pendidikan seumur hidup terdiri dari uraian tentang pengertian dari hidup, seumur hidup, dan pendidikan yakni pendidikan sebagai usaha mencapai perkembangan dan perubahan tingkah laku setiap individu melalui hidup, yang melibatkan setiap individu, masyarakat maupun lingkungannya, yang meliputi tahap-tahap perkembangan dari bayi hingga tua, terjadi dalam seluruh dimensi perkembangan kepribadian dan melibatkan berbagai peranan-peranan dalam masyarakat.
Arah pendidikan seumur hidup yakni pada orang-orang dewasa dan anak-anak dalam rangka penambahan pengetahuan dan keterampilan mereka yang sangat dibutuhkan dalam hidup.















DAFTAR PUSTAKA


Ahmadi,Abu & Nur Uhbiyati. 2007. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Ihsan,Fuad.H. 2010. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Mudyahardjo,Redja. Pengantar Pendidikan (Sebuah studi Awal tentang Dasar-dasar Pendidikan pada umumnya dan Pendidikan di Indonesia). Jakarta:Radja Grafindo Persada.



   




 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar