ANAVA DUA JALUR (TWO WAYS – ANOVA)
A. Pendahuluan
1.
Latar Belakang
Anova
atau analysis of variance adalah tergolong analisis komparatif lebih
dari dua variabel atau lebih dari dua rata-rata. Tujuannya adalah untuk
membandingkan lebih dari dua rata-rata. Gunanya untuk menguji kemampuan
generalisasi artinya data sampel dianggap dapat mewakili populasi (Riduan,
2010:166).
Untuk melihat perbedaan mean dua
kelompok, juga untuk melihat efektifitas perlakuan terhadap sampel, dapat digunakan
t – tes, tetapi untuk menguji perbedaan mean dari tiga atau lebih sampel, dengan menggunakan F- tes. Selain lebih
efisien, penggunaan F- tes dapat digunakan untuk mengetahui interaksi antara
variabel-variabel yang menjadi perhatian (Arikunto, 1992: 279).
Misalnya jika ingin mengetahui apakah
ada perbedaan minat baca siswa SD, SMP dan siswa SMA terhadap buku pelajaran
bahasa Indonesia, untuk melaksanakan maksud itu dapat dilakukan dengan cara
mengambil sejumlah siswa SD, SMP dan SMA secara acak yang banyaknya sama, lalu dibuat
instrumen, angket misalnya, untuk mengukur pemahaman membaca siswa dari
masing-masing kelompok itu terhadap buku pelajaran bahasa Indonesia. Andaikan
rerata pemahaman membaca SD, SMP, dan
SMA terhadap buku pelajaran bahasa Indonesia itu berturut-turut X, Y dan Z.
Tujuannya ialah menguji perbedaan rerata terhadap probabilitas (keberartian)
tertentu. Apakah X berbeda dari Y, Y berbeda dri Z, dan X berbeda dari Z?
Untuk pengujian dua buah rerata
itu bisa menggunakan uji-t. Begitu pula uji-t itu dapat digunakan sebanyak tiga
kali untuk melihat tiga buah perbedaan rerata di atas, yaitu antara X dan Y,
antara X dan Z, dan antara Y dan Z.
Menguji cara seperti itu
(menggunakan uji-t tiga kali) benar, hanya saja cara demikian telah memperluas
daerah kekeliruan tipe I ( tahap keberartian α). Penjelasan mengenai
perluasan kekeliruan itu adalah sebagai
berikut.
Bila daerah kekeliruan (tahap
keberartian) itu misalnya α = 0,05, maka dalam perhitungan di atas persentase
kekeliruan kita menjadi 14%. Jadi, persentase kekeliruan yang menjadi adanya
perbedaan rerata yang dikarenakan kesalahan pemilihan sampel menjadi lebih
besar ; dari 5% menjadi 14%. Oleh karena itu pengujian dengan uji-t beberapa
kali untuk melihat adanya perbedaan antara beberapa buah rerata supaya tidak
dilakukan. Pengujiannya supaya diganti dengan cara lain, yaitu dengan Anava.
Andaikan tahap keberartian atau
resiko alpha 0,05 (5%), (tahap keberartian 5% itu artinya kurang 5 dari 100
perbedaan rerata dari yang ditemukan disebabkan karena kekeliruan pemilihan
sampel ; bukan kekeliruan peneliti), maka untuk setiap uji-t dilakukan itu ada
jaminan 95% tidak terikat kepada kekeliruan alpha. Karena itu melakukan uji-t
tiga kali berturut-turut yang satu sama lain merupakan peristiwa bebas, peluang
tidak terikatnya kepada kekeliruan alpha itu adalah 0,953 = 0,86.
Itu berarti, tahap keberartiannya untuk ketiga kali uji-t itu menjadi 0,14
(dari 1 – 0,86). Jadi, karena tiga kali uji-t, tahap keberartiannya diperbesar
dari 0,05 menjadi 0,14. Perubahan itu akan lebih besar lagi bila uji-t yang dilakukan
lebih banyak lagi. Misalnya, bila uji-t itu dilakukan sebanyak lima kali maka
peluang tidak terikat kepada kekeliruan alpha itu adalah 0,955 =
0,77. Sehingga tahap keberartiannya menjadi 0, 23 (dari 1- 0,77).
Anava
adalah suatu cara untuk melihat perbedaan rerata melalui pengetesan
variansinya. Dalam anava yang dipertentangkan bukan reratanya tetapi
variansinya. Anava juga memungkinkan untuk dapat melihat pengaruh peubah bebas
dan peubah kontrol, baik secara terpisah maupun bersama-sama, terhadap peubah
terikatnya. Dengan kata lain dapat dilihat apakah ada interaksi antara peubah
bebas dengan peubah kontrol sehingga peubah terikat itu hasilnya akan lain bila
besar pengaruh peubah kontrolnya berbeda (Ruseffendi, 1998:223).
Misalnya
pada contoh di atas, perbedaan pemahaman membaca siswa SD, SMP, dan SMA
terhadap buku pelajaran bahasa Indonesia, bisa jadi perbedaan pemahaman membaca siswa SD, SMP atau siswa SMA
disebabkan karena derajat peubah kontrolnya (kesukaran buku pelajaran bahasa
Indonesianya, misalnya) berbeda. Maksudnya ialah, untuk mengukur pemahaman
membaca siswa SD, SMP, dan SMA bersama-sama (digabung) maka akan diperoleh skor
pemahaman membaca mereka. Andaikan skor pemahaman membacanya itu t (dalam skala
Likert, dengan skor 5 sebagai pemahaman membaca yang paling positif). Bila
siswa SD, SMP, dan SMA itu dipisah maka skor pemahaman membacanya terhadap buku
pelajaran bahasa Indonesia itu bisa berturut-turut 5, 4, dan 2.
Bisa
jadi pemahaman membaca siswa SD lebih baik daripada pemahaman membaca siswa SMP
dan SMA, kemungkinan ini terjadi karena di SD buku pelajaran bahasa Indonesia
itu lebih menarik (lebih mudah dan banyak cerita bergambarnya, misalnya).
Bila dilakukan perlakuan yang
berbeda terhadap dua kelompok siswa pada dua saat yang berbeda, maka terjadinya
perberbedan itu, (diharapkan) karena adanya perlakuan yang berbeda. Tetapi
tidak tertutup kemungkinan adanya atau tidak adanya perbedaan itu dikarenakan
kekeliruan mengambil sampel. Bila tahap keberartian itu a= 0,05, maka
kekeliruan karena salah mengambil sampel itu adalah 5 dari 100. Misalnya, bila
pada keadaan sesungguhnya perlakuan itu secara statistika tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan pada tahap keberartian 0,05, maka untuk 100 kejadian
bisa saja terjadi kekeliruan (keadaan sebaliknya) maksimum sebanyak 5 buah.
Kekeliruan yang banyaknya maksimum 5 buah itu adalah kekeliruan yang
diakibatkan oleh kesalahan pemilihan sampel.
Konsep yang mendasari Anava ialah
variansi total dari nilai-nilai (skor-skor) itu dapat ditumpukan kepada dua
buah sumber. Yang pertama ialah variansi yang disebabkan oleh adanya perlakuan.
Yang kedua ialah variansi inter kelompok yaitu variansi kekeliruan. Dengan kata
lain, Anava itu dipergunakan untuk melihat apakah perbedaan antar dua buah
rerata atau lebih itu lebih besar dari pada yang mungkin timbul dari hanya
kekeliruan pemilihan sampel. Bila variansi antar kelompok itu disingkat RJKa
dan variansi kekeliruan pemilihan sampel disingkat dengan RJKi maka perbedaan
rerata uji cara Anava itu dapat ditulis sebagai berikut:
F=
…………(Russefendi, 1998:224).
Selanjutnya bila dibandingkan RJKa dengan
RJKi cukup berarti, yaitu nilai F cukup besar, maka hipotesis nol itu ditolak.
Itu berarti perlakuan (pengaruh peubah bebas) itu mengakibatkan pengaruh yang
berarti terhadap peubah terikatnya. Dan bila RJKa dan RJKi itu mirip, maka F
itu tidak banyak arti. Bila demikian hipotesis nol itu ditolak.
Misalnya jika ingin mengetahui apakah ada
perbedaan pemahaman membaca terhadap buku pelajaran bahasa Indonesia dari siswa
SD, SMP, dan SMA, maka jenis Anava yang akan di kerjakan menggunakan Anava satu- jalur, sebab peubah bebas
yang diperhatikan hanya satu yaitu tingkat persekolahan saja (SD, SMP,
SMA). Tetapi apabila ingin melihat
perbedaan pemahaman membaca anak-anak perempuannya, maka jenis Anava itu menjadi Anava dua-jalur, sebab peubah bebas yang
akan dikerjakan itu dua buah, yaitu tingkat persekolahan dan jenis kelamin.
2.
Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1.
Apakah
yang dimaksud dengan Anava dua-jalur?
2.
Bagaimanakah
analisis dengan menggunakan Anava dua-jalur?
3.
Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk
mendeskripsikan hal sebagai berikut:
1.
Pengertian
Anava dua-jalur.
2.
Analisis
dengan menggunakan Anava dua-jalur.
B.
Pembahasan
1.
Pengertian Analisis Varians Ganda (Anava
dua-jalur)
Analisis
varians yang tidak hanya memiliki satu variabel disebut dengan analisis varians
dengan klasifikasi ganda atau jamak. Jika dalam analisis varians satu jalur (Anava
Tunggal) hanya memiliki variabel kolom, maka dalam analisis varians dua jalur (Anava
Ganda) memiliki variabel kolom dan variabel baris. Dengan demikian akan
diperoleh interaksi antara kolom dengan baris.
Anava
Ganda dapat hanya mempunyai satu atau
lebih variasi kolom, maupun satu atau lebih variasi baris. Sehingga dapat
diperoleh Anava Dua Jalan, Anava Tiga Jalan, dan seterusnya (Arikunto, 1992:
285).
Anava
dua-jalur adalah analisis varian yang digunakan untuk menguji hipotesis
perbandingan lebih dari dua sampel dan setiap sampel terdiri atas dua jenis
atau lebih secara bersama-sama (Riduan, 2003:222).
“Anava
Dua Jalan”, “Anava Tiga Jalan” menunjukkan adanya variabel bebas, banyaknya sel
diperoleh dari hasil kali banyaknya penggolongan setiap variabel. Misalnya
variabel A terdapat 2 klasifikasi, variabel B terdapat 3 klasifikasi, variabel
C terdapat 2 klasifikasi, maka banyaknya sel adalah 2 X 3 X 2 = 12 buah sel.
Contoh:
Sebuah penelitian untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin, daerah tempat
tinggal dan jenis pekerjaan orangtua terhadap minat baca siswa, maka
pengelompokan variabel dan variasinya adalah sebagai berikut:
Jenis kelamin (A) diklasifikasikan atas:
A1 = laki-laki
A2 = perempuan
Daerah tempat tinggal (B) diklasifikasikan atas:
B1 = daerah pedesaaan
B2 = daerah perkotaan
Jenis pekerjaan orangtua (C) diklasifikasikan atas:
C1 = pegawai
C2 = pedagang
C3 = petani
Berdasarkan klasifikasi variabel tersebut, maka tabel
pengelompokan selnya adalah:
JENIS KELAMIN
|
DAERAH TEMPAT TINGGAL
|
PEKERJAAN ORANGTUA
|
||
C1
|
C2
|
C3
|
||
A1
|
B1
|
1
|
2
|
3
|
B2
|
4
|
5
|
6
|
|
A2
|
B1
|
7
|
8
|
9
|
B2
|
10
|
11
|
12
|
2. Langkah-langkah Analisis Varians
Ganda
Misalnya
sebuah penelitian dengan judul “Pengaruh
Jenis Kelamin, Daerah Tempat Tinggal,
dan Jenis Pekerjaan Orangtua, Terhadap Minat Baca Siswa SMPN 1 Pedamaran Kelas
VIII Tahun Pelajaran 2010/2011”. Maka
langkah-langkah analisis varians ganda adalah sebagai berikut:
a. Membuat Tabel Induk
Data
yang diperoleh melalui angket, observasi, wawancara, tes maupun dokumentasi,
atau kombinasi metode-metode tersebut dipilih yang berhubungan dengan variabel,
dikelompokkan atas variabel bebas dan variabel terikat (Arikunto, 1992: 290).
NO.SISWA
|
JENIS KELAMIN
|
DAERAH TEMPAT TINGGAL
|
PEKERJAAN ORANGTUA
|
IDENTITAS SEL
|
MINAT BACA
|
|||
1
|
P
|
DESA
|
PEGAWAI
|
A2B2C1
|
4
|
|||
2
|
L
|
KOTA
|
PEDAGANG
|
A1B1C2
|
3
|
|||
3
|
P
|
KOTA
|
PETANI
|
A2B1C3
|
2
|
|||
4
|
L
|
DESA
|
PEGAWAI
|
A1B1C1
|
2
|
|||
5
|
P
|
DESA
|
PETANI
|
A2B2C3
|
1
|
|||
6
|
P
|
KOTA
|
PEGAWAI
|
A2B1C1
|
1
|
|||
7
|
L
|
DESA
|
PEDAGANG
|
A1B2C2
|
3
|
|||
8
|
L
|
KOTA
|
PEGAWAI
|
A1B1C1
|
2
|
|||
9
|
P
|
KOTA
|
PEDAGANG
|
A2B1C2
|
3
|
|||
10
|
L
|
DESA
|
PETANI
|
A1B2C3
|
1
|
|||
11
|
P
|
DESA
|
PEGAWAI
|
A2B2C1
|
2
|
|||
12
|
L
|
KOTA
|
PETANI
|
A1B1C3
|
4
|
|||
13
|
P
|
DESA
|
PEGAWAI
|
A2B2C1
|
3
|
|||
14
|
P
|
KOTA
|
PEDAGANG
|
A2B1C2
|
2
|
|||
15
|
L
|
KOTA
|
PEGAWAI
|
A1B1C1
|
2
|
|||
16
|
L
|
DESA
|
PEDAGANG
|
A1B2C2
|
1
|
|||
17
|
P
|
DESA
|
PETANI
|
A2B2C3
|
4
|
|||
18
|
L
|
KOTA
|
PEGAWAI
|
A1B1C1
|
3
|
|||
19
|
P
|
DESA
|
PETANI
|
A2B2C3
|
2
|
|||
20
|
L
|
KOTA
|
PEGAWAI
|
A1B1C1
|
2
|
|||
21
|
P
|
KOTA
|
PEDAGANG
|
A2B1C2
|
1
|
|||
22
|
P
|
DESA
|
PEGAWAI
|
A2B2C1
|
2
|
|||
23
|
L
|
DESA
|
PEDAGANG
|
A1B2C2
|
1
|
|||
24
|
L
|
KOTA
|
PETANI
|
A1B1C3
|
4
|
|||
KETERANGAN
|
||||||||
A1=
|
L
|
|||||||
A2=
|
P
|
|||||||
B1=
|
KOTA
|
|||||||
B2=
|
DESA
|
|||||||
C1=
|
PEGAWAI
|
|||||||
C2=
|
PEDAGANG
|
|||||||
C3=
|
PETANI
|
|||||||
b. Membuat Tabel Persiapan Anava
Setelah
data tertulis pada tabel induk, maka selanjutnya membuat kerangka sel
berdasarkan klasifikasi yang ada pada tiap variabel. Sesudah itu memasukkan
data variabel terikat ke dalam sel-sel sesuai dengan data bebas masing-masing
subyek (Arikunto, 1992: 290).
JENIS KELAMIN
|
DAERAH TEMPAT TINGGAL
|
PEKERJAAN ORANGTUA
|
||
C1(Pegawai)
|
C2(Pedagang)
|
C3(Petani)
|
||
A1(L)
|
B1(Kota)
|
2,2
|
3,3
|
4,4
|
B2(Desa)
|
1,3
|
3,1
|
1,2
|
|
A2(P)
|
B1(Kota)
|
1,2
|
3,2
|
1,1
|
B2(Desa)
|
4,2
|
2,2
|
1,4
|
c. Membuat Tabel Statistik
Dengan
kerangka sama dengan tabel persiapan Anava, selanjutnya dibuat tabel statistik
dengan menambahkan kolom “statistik” dan kolom serta baris “jumlah” (Arikunto,
1992: 290).
Yang
perlu dicari dalam mengisi tabel statistik adalah:
a.
N =
banyaknya subyek dalam tiap sel (N tidak harus sama).
b.
∑X= jumlah skor (X) dalam satu sel.
c.
X = rata-rata skor variabel terikat
untuk setiap sel..
d.∑X2=
jumlah skor setelah masing-masing dikuadratkan.
Berdasarkan
data tersebut, maka perhitungan untuk mengisi kolom statistik adalah sebagai
berikut:
1) Untuk sel 1: 2) Untuk sel 2:
N = 2 N = 2
∑X =
2+2 = 4 ∑X = 3+3 = 6
X = ∑X/N
= 4/2 = 2 X = ∑X/N = 6/2 = 3
∑X2= 22 + 22 = 4 + 4 = 8 ∑X2=
32 + 32 = 9 + 9 = 18
Dengan cara yang sama dicari N, ∑X, X, ∑X2 untuk
semua sel sehingga diperoleh isian tabel statistik sebagai berikut:
TABEL STATISTIK
|
|
Statistik
|
C1
|
C2
|
C3
|
Jumlah
|
A1
|
B1
|
N
|
2
|
2
|
2
|
6
|
∑X
|
4
|
6
|
8
|
18
|
||
X
|
2
|
3
|
4
|
|
||
∑X2
|
8
|
18
|
32
|
58
|
||
B2
|
N
|
2
|
2
|
2
|
6
|
|
∑X
|
4
|
4
|
3
|
11
|
||
X
|
2
|
2
|
1.5
|
|
||
∑X2
|
10
|
10
|
5
|
25
|
||
A2
|
B1
|
N
|
2
|
2
|
2
|
6
|
∑X
|
3
|
5
|
2
|
10
|
||
X
|
1.5
|
2.5
|
1
|
|
||
∑X2
|
5
|
13
|
2
|
20
|
||
B2
|
N
|
2
|
2
|
2
|
6
|
|
∑X
|
6
|
4
|
5
|
15
|
||
X
|
3
|
2
|
2.5
|
|
||
∑X2
|
20
|
8
|
17
|
45
|
||
|
|
N
|
8
|
8
|
8
|
24
|
∑X
|
17
|
19
|
18
|
54
|
||
∑X2
|
43
|
49
|
56
|
148
|
d. Membuat Tabel Ringkasan Anava
Untuk
membuat tabel ringkasan Anava, maka judul kolom yang diperlukan adalah Jumlah
Kuadrat (JK), derajat kebebasan (db), Mean Kuadrat (MK), harga F0
dan peluang galat (p) (Arikunto, 1992: 290-291).
Untuk
dapat mengisi kolom-kolom dalam tabel tersebut, perlu diadakan perhitungan
sebagaimana pada Anava Tunggal (satu jalur). Perbedaannya adalah bahwa pada Anava
ganda ini sumber variasinya disesuaikan dengan jumlah variabel ditambah kombinasinya.
Bertitik
tolak dari tabel statistik, dapat dilakukan perhitungan jumlah kuadrat untuk
selanjutnya diisikan dalam tabel ringkasan Anava, yaitu perhitungan tentang:
1)
Jumlah Kuadrat Total (JKT).
2)
Jumlah Kuadrat Antara (JKA). Dalam hal ini terdapat 3 macam antara,
yaitu antara jenis
kelamin (variabel A), antara asal daerah
(variabel B), dan antara pekerjaan orangtua
(variabel C).
3)
Jumlah Kuadrat Dalam (JKD) (Arikunto, 1992: 294).
Dari
tabel statistik tersebut, maka perhitungannya adalah sebagai berikut:
1) Jumlah Kuadrat Total (JKT)
|
Rumus
JKT
= 22 + 22 +32 + 32 +42 + 42 +12 + 32 +32 + 12 + 12 +22 + 12 +22 +32 +22 + 12 + 12
+ 42 + 22 + 22 + 22 + 12 + 42 − 542/24
=
4 + 4 + 9 + 9 + 16 + 16 + 1 + 9 + 9 + 1 + 1 + 4 + 1 + 4 + 9 + 4 + 1 + 1 + 16 +
4 + 4 + 4
+ 1 + 16 – 2916/24
= 148
– 121,5
= 26,5
2) Jumlah Kuadrat Antara Jenis Kelamin (JKA)
|
Rumus
JKA
= 292/12 + 252/12 − 542/24
=
841/12 + 625/12 − 2916/24
= 70,08 + 52,08 − 121,5
=
122,16 − 121,5
=
0,67
3) Jumlah Kuadrat Antara Tempat Tinggal (JKB)
|
Rumus
JKB
= 292/12 + 252/12 − 542/24
=
841/12 + 625/12 − 2916/24
= 70,08 + 52,08 − 121,5
=
122,16 − 121,5
=
0,67
4) Jumlah Kuadrat Antara Pekerjaan Orangtua (JKC)
|
Rumus
JKC
= 172/8 + 192/8 + 182/8 − 542/24
=
289/8 + 361/8 + 324/8 − 2916/24
= 36,12 + 45,12 + 40,5 − 121,5
=
121,75 − 121,5
=
0,25
5) Jumlah Kuadrat Interaksi Antara A dan B (JKA x B)
|
Rumus
JKA
x B =
182/6 + 112/6
+ 102/6 + 152/6 − 542/24 − 0,67− 0,67
=
324/6 + 121/6 + 100/6 + 225/6 − 2916/24 − 6,83
− 0,67− 0,67
= 54
+ 20,17 + 16,67 + 37,5 −
121,5 − 0,67− 0,67
= 128,33 − 121,5 − 0,67− 0,67
= 5,49
6) Jumlah Kuadrat Interaksi Antara A dan C (JKA x C)
|
Rumus
JKA
x C =
82/4 + 102/4
+ 112/4 + 92/4 + 92/4+ 72/4 − 542/24
− 0,67− 0,25
= 64/4 + 100/4 + 121/4 + 81/4 + 81/4+ 49/4 − 542/24
− 0,67− 0,25
= 16 + 25+ 30.25+ 20.25 + 20.25 +12.25 − 121,5 − 0,67− 0,25
=
124 − 121,5 − 0,67− 0,25
= 1,58
JKB
x C dapat dicari dengan cara yang sama, diperoleh
hasil 1,58.
7) Jumlah Kuadrat Interaksi Antara A,B, dan C (JKAXB XC)
|
JKAXB
XC = 42/2 + 62/2 + 82/2 + 42/2
+ 42/2+ 32/2+32/2 + 52/2 + 22/2 + 62/2
+ 42/2+ 52/2−
0,67− 0,67− 0,25 −5,49 −1,58−1,58
= 16/2 + 36/2 + 64/2 + 16/2 + 16/2+ 9/2+ 9/2 + 25/2 + 4/2 + 36/2 + 16/2+ 25/2−
0,67− 0,67− 0,25 −5,49 −1,58−1,58
= 8+ 16+ 32+ 8 + 8 +4,5 +4,5 + 12,5 +
2 + 18 + 8+ 12,5 –
0,67− 0,67− 0,25 −5,49 −1,58−1,58
=
134 − 121,5 – 0,67− 0,67− 0,25 −5,49 −1,58−1,58
= 2,26
8) Jumlah Kuadrat Dalam (JKd)
|
JKd = 26,5 – ( 0,67+ 0,67+ 0,25 +5,49 +1,58+1,58 + 2,26)
= 26,5
– 12,5
= 14
9) Derajat Kebebasan untuk Masing-Masing Sumber Variasi
dkA =
banyaknya kategori A – 1 = 2 – 1 = 1
dkB = banyaknya kategori B – 1 = 2 – 1 = 1
dkC = banyaknya kategori C – 1 = 3 – 1 = 2
dkA XB = dkA X dkB = 1 X 1 = 1
dkA XC = dkA X dkC = 1 X 2 = 2
dkB XC = dkB X dkC = 1 X 2 = 2
dkA XB XC = dkA X dkB X dkC = 1 X 1 X 2 = 2
dkT = banyaknya subyek – 1 = 24 – 1 = 23
dkd = dkT − (Jumlah seluruh dk selain dkT)
= 23 – ( 1 +1 + 2 + 1 + 2 + 2 +2 )
= 23− 11
= 12
10) Mean Kuadrat
MKA = JKA : dkA =0,67:1=0,67
MKB =
JKB : dkB =0,67:1=0,67
MKC =
JKC : dkC =0,25:2=
0,125
MKA XB = JKAXB : dkA XB
=5,49: 1=5,49
MKA XC = JKAXC : dkA XC =1,58:2=0,79
MKB XC = JKB XC : dkB XC =1,58:2=0,79
MKA XB XC = JKAXB XC : dkA XB XC =2,26 : 2= 1,13
MKd = JKd : dkd =14:12=
1,16
11)
Semua harga JK, dk, dan MK dimasukkan ke
dalam tabel Ringkasan Anava
Sumber Variasi
|
JK
|
dk
|
MK
|
F0
|
p
|
A
|
0.67
|
1
|
0,67
|
0,67
|
1% = 9,33
5% = 4,75
|
B
|
0.67
|
1
|
0,67
|
0,67
|
|
C
|
0.25
|
2
|
0,125
|
0,125
|
1% = 6,93
5% = 3,88
|
A X B
|
5.49
|
1
|
5,49
|
5,49
|
|
A X C
|
1.58
|
2
|
0,79
|
0,79
|
|
B X C
|
1.58
|
2
|
0,79
|
0,79
|
|
A X B X C
|
2.26
|
2
|
1,13
|
1,13
|
|
Dalam
|
14
|
12
|
1,16
|
-
|
|
Total
|
26,5
|
23
|
12)
Mencari Harga F0
Harga F0 atau Fhitung masing-masing variabel diperoleh dengan
membagi setiap MK variabel tersebut dengan MKd. Maka F0A
= MKA : MKd = 0,67
: 1 = 0,67.
Oleh karena harga MKd = 1, maka harga setiap F0 sama dengan
harga setiap MK(Arikunto, 1992: 300).
13) Menentukan Kaidah Pengujian
Jika Fhitung ≥
Ftabel maka tolak Ho artinya
signifikan.
Jika Fhitung ≤
Ftabel maka terima Ho artinya
tidak signifikan.
14) Mengkonsultasikan setiap harga F0
dengan tabel F
Dengan dbK = dbK lawan dbd, bagi
dbK = 1: dbd = 12, maka Ft pada tingkat
signifikansi 1% = 9,33 dan pada tingkat signifikansi 5% = 4,75.
Dengan dbK = dbK lawan dbd, bagi
dbK = 2: dbd = 12, maka Ft pada tingkat
signifikansi 1% = 6,93 dan pada tingkat signifikansi 5% = 3,88.
15) Membuat Kesimpulan
Dari Tabel Ringkasan Anava diketahui bahwa tidak ada harga
Fo yang signifikan baik berdasarkan 1% maupun 5%. Harga Fo < Ft kecuali pada
interaksi antara A dan B atau antara jenis kelamin dan daerah tempat tinggal
pada tingkat signifikansi 5%. Dengan kata lain:
a) Tidak ada perbedaan antara minat baca siswa laki-laki dan
perempuan.
b) Tidak ada perbedaan antara minat baca siswa yang tinggal
di desa dan di kota.
c) Tidak ada perbedaan antara minat baca antara siswa yang
orangtuanya pegawai, pedagang
maupun petani.
d) Ada perbedaan antara minat baca siswa laki-laki tinggal
di desa dan di kota dan siswa
perempuan yang
tinggal di desa dan di kota.
e) Tidak ada
perbedaan antara minat baca siswa siswa laki-laki dan perempuan yang
orangtuanya
pegawai, pedagang maupun petani.
f) Tidak ada perbedaan antara minat baca siswa siswa
laki-laki yang tinggal di desa dan di
kota
yang orangtuanya pegawai, pedagang
maupun petani dengan siswa perempuan yang
tinggal
di desa
dan di kota yang orangtuanya pegawai, pedagang maupun petani.
C. Kesimpulan
Anava adalah suatu cara untuk
melihat perbedaan rerata melalui pengetesan variansinya. Dalam anava yang
dipertentangkan bukan reratanya tetapi variansinya. Anava juga memungkinkan untuk
dapat melihat pengaruh peubah bebas dan peubah kontrol, baik secara terpisah
maupun bersama-sama, terhadap peubah terikatnya.
Anava Ganda dapat hanya mempunyai satu atau lebih variasi kolom, maupun satu
atau lebih variasi baris. Sehingga dapat diperoleh Anava Dua Jalan, Anava Tiga
Jalan, dan seterusnya. “Anava Dua Jalan”, “Anava Tiga Jalan” menunjukkan adanya
variabel bebas, banyaknya sel diperoleh dari hasil kali banyaknya penggolongan
setiap variabel.
Dalam garis besarnya langkah-langkah analisis varians ganda
meliputi: membuat tabel induk, membuat tabel persiapan anava, membuat tabel
statistik, membuat tabel ringkasan anava dan membuat kesimpulan.
Dalam
tabel statistik, proses perhitungan
meliputi: jumlah kuadrat
total (JKT), jumlah kuadrat antara (JKA), jumlah kuadrat
antara (JKB), jumlah kuadrat antara (JKC), jumlah
kuadrat interaksi antara A dan B (JKA x B), jumlah
kuadrat interaksi antara A dan B (JKA x C), jumlah
kuadrat interaksi antara A,B, dan C (JKAXB XC, jumlah kuadrat dalam (JKd), derajat kebebasan untuk masing-masing sumber variasi, mean
kuadrat, dan mencari harga F0 serta mengkonsultasikan setiap harga F0
dengan tabel F.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.
1992. Prosedur Penelitian (Suatu
Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.
Riduan. 2010. Metode
dan Teknik Menyusun Tesis.Bandung: Alfabeta.
Russefendy.1998. Statistika
Dasar. Bandung: IKIP Bandung Press.
makasih pakk
BalasHapusterimakasih wawasannya pak
BalasHapus